Semakin bertambahnya usia semakin luas pandangan terhadap dunia dan semakin banyak apa saja yang harus dipersiapkan untuk menghadapiny...

Persimpangan Jalan


Semakin bertambahnya usia semakin luas pandangan terhadap dunia dan semakin banyak apa saja yang harus dipersiapkan untuk menghadapinya. Kenyataan yang baru diketahui silih berganti bermunculan. Kenyataan-kenyataan itulah yang kadang menjadi musuh yang harus ditaklukkan, jalan terjal yang harus dihindari, bekal yang harus dibawa, gang buntu yang memaksa kita berbalik arah, sebuah batu sebagai tumpuan meloncat lebih jauh, ataupun persimpangan jalan yang sulit kupilih.

Entah kita terus berada di jalan yang benar yang kita inginkan, atau ke jalan terjal yang tidak kita inginkan, atau bahkan jalan yang tidak kita inginkan namun ternyata memang jalan yang juga benar. Petunjuk-petunjuk harus dikumpulkan terlebih dahulu demi menuju jalan yang benar menghadapi masa depan. Idealisme, egoisme, bahkan cita-cita besar kadang juga harus dibelokkan karena ada petunjuk yang muncul tiba-tiba.

Jalan alternatif haruslah dicari karena rencana manusia hanyalah menjadi sebuah rencana jika tidak disetujui oleh-Nya. Kalau memang tidak sesuai dengan rencana manusia, setidaknya manusia telah berusaha. Karena menyerah berbeda dengan kalah.

0 Komentar:

Jika rindu selalu datang bersama hujan, lalu siapa yang bersamaku di waktu kemarau? dia akan berada di dedaunan gugur  yang kadang te...

Percakapan Rindu


Jika rindu selalu datang bersama hujan,
lalu siapa yang bersamaku di waktu kemarau?

dia akan berada di dedaunan gugur 
yang kadang terlempar ke sana ke mari 
oleh angin sepoi kemarau

kenapa dia seperti itu?
sembarang singgah menyapa
sembarang jatuh menghilang
sembarang tumbuh untuk jatuh

mungkinkah dia sedang mencari?
sampai sungai pun dia singgahi
mengalir ke laut
menguap menjadi mendung
terbang bebas di udara
atau turun di lahar gunung

kenapa dia masih mencari?
seolah tak pernah menemukanku
aku ingin rindu ini lama, bukan sebentar
aku ingin rindu ini pulang, bukan hanya singgah

9.3.16


0 Komentar:

Perayaan dengan kembang api setelah setengah tahun lebih bergelut dengan Papatong, draft ini akhirnya diselesaikan . (halah alasan to...

Menerangi Jalan di Kampung Lio (4) - End


Perayaan dengan kembang api

setelah setengah tahun lebih bergelut dengan Papatong, draft ini akhirnya diselesaikan. (halah alasan tok)

Rabu, 30 Desember 2015 : Eksekusi Pamungkas

Melanjutkan setengah progress lampu jalan, hari ini kami memulai lagi lampu jalan selanjutnya dari depan rumah Pak Iwan. Kami sempat lupa memasang lampu di titik solar panel, sebelum melanjutkan titik lampu di depan rumah Pak Iwan, kami memasangnya dulu. Kami cukup kesulitan memasang tiang bambu di depan rumah Pak Iwan karena spotnya adalah jurang setinggi 50 cm. lebay wkwk.
Setelah itu kami memasang lampu dan tiangnya di titik selanjutnya, yaitu di lapangan. Di titik itu juga, kami menyambung kabel yang kemarin sudah dibeli. Semua tim saling bergantian mengupas kabel, memasang lampu, dan menegakkan tiang, termasuk satu-satunya perempuan di tim Palapa ini, yaitu Nadhifa Viratama. Budi, anak Pak Iwan yang pernah dibahas sebelumnya, lagi-lagi ikut meramaikan pemasangan lampu jalan ini. Walaupun tidak membantu apa-apa, dia cukup menghibur karena tingkahnya yang berlebihan. Beberapa saat sebelum itu, ada seorang warga yang meminta titik lampu baru. Lokasinya di dekat rumahnya. Memang letak rumah beliau berada di ujung kampung Lio, tidak terjangkau titik lampu terakhir. Solusi tim Palapa dan warga adalah tetap menambah titik lampu menjadi 14 titik tetapi disesuaikan tingkat terangnya lampu di titik tersebut yang berpengaruh pada pengurangan daya. Jadi, jumlah lampu memang ditambah, tetapi daya total yang dibutuhkan tetap bahkan bisa berkurang. Contohnya adalah di tempat wudhu Mushola, lampu yang digunakan di sana adalah lampu LED hemat energi 3W sedangkan di kebanyakan titik untuk penerangan jalan adalah 9W.
Lampu di Mushala

Seiring berjalannya waktu, Alhamdulillah 13 lampu sudah terpasang. Selanjutnya adalah pemasangan lampu ke-14 tetapi kabel mentok di titik ke-13 dan hujan sepertinya akan membasahi bumi Lio. Sembari istirahat siang menunggu hujan reda, Pak Okay mencarikan kabel kawat telpon. Setelah istirahat kami melanjutkan pemasangan lampu ke-14 dengan kabel telpon itu dengan sisa-sisa basahnya tanah yang tidak seberapa karena hujan kecil tadi. Pemasangannya disertai dengan kisah Kevin, Rozzi, dan Yusri melakukan trial & error mencari titik kabel yang putus. Akhirnya kabel tersambung dengan baik dan semua lampu dapat menyala.

Setelah menyelesaikan pemasangan penerangan jalan, sorenya beberapa anak Palapa dan anak-anak Lio mandi bareng di mata air. Hal yang tidak bisa didapatkan di perkotaan.
Malam harinya, 14 lampu dapat menyala menerangi seantero Kampung Lio. Timer diatur untuk nyala mati otomatis lampu. Sementara kami lalu tertidur jam 9 malam.


Kamis, hari terakhir di tahun 2015: Bermain Bersama dan Syukuran

Rencananya, siang ini akan diadakan lomba semacam 17an untuk merayakan tahun baru dan sedikit hiburan untuk warga. Ini merupakan ide dari bapak-bapak Lio. Paginya cek performa sistem penerangan jalan dulu. Sepertinya sudah sesuai perhitungan. Sebelum lomba dimulai, para Palapa bersama anak-anak Lio bermain sepak bola dan Boiboian di lapangan. Anak bernama Rusdi mencetak 9 gol ke gawang lawan. Saya baru pertama kali mengenal permainan Boiboian ini, sangat seru. 
"Orangtuaku Semangat Dalam Hidupku" - Yudi

Lalu perlombaan dimulai sore harinya dengan Ahmad sebagai MC. Perlombaan diawali dengan balap karung tingkat anak-anak yang dimenangkan oleh Yudi. Balap karung tingkat dewasa dimenangkan oleh Dehan mengalahkan anak Palapa lainnya. Fika mengalahkan para kontestan pria dalam perlombaan balap kelereng dengan sendok. Perlombaan sore itu ditonton hampir seluruh warga Lio dan ditutup dengan Panjat Pinang. Lomba Panjat Pinang antarpemuda dimenangkan Tim 3 yang terdiri dari 3 pemuda Lio dan 3 pemuda Palapa termasuk saya, Yusri lah yang pertama kali mencapai puncak singgasana pinang. Sore itu ditutup dengan membagikan jajan jajan ke anak-anak Lio dan mandi bareng lagi di mata air.

 







Ba'da Maghrib, warga Lio dan tim Palapa mengadakan syukuran di Mushala, makan bersama dan berdoa bersama, sekaligus peresmian dengan Pak RT Kampung Lio. Setelah Isya, disinari lampu jalan yang baru, kami dan anak-anak Lio bermain kembang api dan petasan merayakan tahun baru dan penerangan jalan baru. Kemudian, bersama warga Lio, kami semua meneriakkan jargon Palapa yang dipimpin oleh Dwiky,

Palapa .... Jaya!!!

lalu jargon HME yang dipimpin oleh Pak Okay,

Oke Champ ..... Elektro, Elektro, Elektro !!

Peresmian
Tidak ada kegiatan lain di malam tahun baru itu selepas kegembiraan tadi dan tidak lebih dari jam 10 malam kami sudah tertidur.



Jumat, 1 Januari 2016: Pamitan

Pagi-pagi tidak pagi banget kami, tim Palapa, berpamitan dengan warga Lio untuk pulang kembali ke Bandung.

Sungguh pengalaman yang sangat berharga selama kami menjadi mahasiswa. Terima kasih Pak Okay, Pak Iwan, Pak Ujen, Pak Mad, Bu Okay, Bu Iwan, Pak RT, dan seluruh warga Kampung Lio. 
Terimakasih kepada tim Palapa yang ikut merealisasikan, yaitu
Sang Striker Bahasa: Ahmad dan Ojan serta Angga, 
Kahim baru: Ridhan, 
Impor dari Arab: Ali Zaenal, 
Duo Teknis ulung: Kevin dan Dehan, 
Duo kahim senator: Sahil dan Abram, 
Putra Rote: Fahrur Rozzi, 
Satu-satunya Srikandi: Fika, 
Penggapai puncak Panjat Pinang: Yusri, 
dan satu-satunya angkatan 2014: Ryutaka.

Tidak lupa terimakasih kepada tim Palapa semuanya yg telah membantu persiapan, Bebep, Wawan, Bram, David, Fitri, Rina, Hasna, Alin, Dina, Siwo, Wahid, Irfan, Yongky dan banyak lainnya.


Mohon maaf dari saya atas nama tim Palapa kepada warga Lio, mungkin ada yang baca.
Semoga dapat terus bermanfaat bagi Kampung Lio dan tim Palapa.
Tim Penerangan Jalan Palapa 2015/2016
Kampung Lio, 1 Januari 2016

-The End-

D.F. Syahbana
Tim Palapa HME ITB 2015/2016

0 Komentar:

Wow, menulis lagi. Inilah tulisan baru setelah sekian lama ditunggu-tunggu, selain cerita bersembung yang belum ada lanjutannya. Sekali-sek...

Melamun di Jalanan

Wow, menulis lagi. Inilah tulisan baru setelah sekian lama ditunggu-tunggu, selain cerita bersembung yang belum ada lanjutannya. Sekali-sekali lah cerita sehari-hari, tapi nulisnya sebulan-sebulan, atau setahun-setahun bahkan.

Jam 5 sore, sepulang dari bimbingan TA di gedung rektorat, kami, tim Papatong langsung menyebar sendiri-sendiri. Diar langsung pulang, Oki mau menutor, dan saya mampir ke Baltos dulu beli sesuatu. 

Lepaskan sejenak pikiran tentang TA yang semakin runyam dalam beberapa menit berjalan kaki dari Baltos ke kampus. Daripada pusingnya berlanjut, mending rileks dulu jalan-jalan. Kiri kanan kulihat banyak mobil dan motor lalu lalang. Pemandangan matahari tadi sore cukup memanjakan mata, tidak disembunyikan mendung atau hujan seperti biasanya. Pemandangan ciptaan Tuhan yang lain juga tak kalah indah, tapi apa gunanya juga cuma di mata, tidak masuk ke hati. 

Cukup banyak angkot ngetem mencari penumpang demi setoran. Keinginan naik angkot sempat mampir tapi kakiku terus berjalan menyusuri jalan Tamansari. Entah sekelibat bisikan apa yang lewat, tiba-tiba aku menghitung-hitung rencana punya anak di umur berapa. Kalo pas saya sudah berumur 50 anak pertama sudah harus kerja sendiri (sekitar umur 25 lah), maka harus sudah punya momongan pas umur 25 dan menikah sebelum itu. Sekarang masih umur 21, 4 tahun lagi lah ya. Lalu, siapa ibunya? Bersiaplah kamu-kamu wahai para wanita saat saya datang ke bapakmu. Eh, "kamu-kamu" dan "para" menunjukkan kata jamak/ banyak. Memangnya banyak yang mau? Haha. Ganti, Bersiaplah kamu wahai wanita saat saya datang ke bapakmu.

Di sepanjang jalan Tamansari dari Plesiran sampai kampus mulai terlihat para pelapak mendirikan restoran-restoran sederhananya. Tukang batu akik yang dulu sempat mendirikan pasar di sana sudah lama tidak kelihatan. Tidak kelihatan juga macan, gajah, ular, dan kuda nil karena saya belum masuk ke kebun binatang dan tidak ada rencana ke sana hari ini. Kalau monyet sepertinya ada, yang lagi baca tulisan ini. Haha. Ga Lucu. Sekali-sekali lah.

Seiring berjalannya kaki, seiring berjalannya waktu, usia kita malah berkurang, bukan bertambah. Oleh karena itu, perbanyaklah beribadah, bersyukur atas semua yang telah kita terima, dan jangan lupa doakan orangtua. Sholat wajib 5 waktu jangan ditinggalkan, kalo bisa sebaiknya tambah juga sholat-sholat sunnahnya. Puasa Senin-Kamis dianjurkan, apalagi untuk kita manusia yang sedang menanti pasangan hidup. 

Oiya, dari tadi jalan-jalan ada sebuah fakta yang cukup mencengangkan. Jalanan cukup macet, mungkin karena memang sudah jam pulang kantor. Banyak sekali orang yang naik motor sendirian, tidak berdua. Mungkin inilah yang membuat jalanan semakin padat dengan kendaraan roda dua. Kesendirian. Mereka para jomblo adalah penyebab kemacetan.

Random



DFS
18-4-16
Jl. Tamansari


1 Komentar:

Kala itu saya kelas 2 SMA. Saya sudah cukup tertarik dengan barang-barang elektronik, seperti HP, laptop, proyektor di kelas, permainan kon...

Xperia Projector, Impian yang Sudah Direalisasikan Oleh Orang Lain

Kala itu saya kelas 2 SMA. Saya sudah cukup tertarik dengan barang-barang elektronik, seperti HP, laptop, proyektor di kelas, permainan konsol,  dll walaupun hanya HP yang saya punya dari yang saya sebutkan itu. Itu pun belum "qwerty" atau "berry-berry",  seperti yang sedang booming saat itu. 

Melihat hape touchscreen saat itu sedang mewah-mewahnya dan canggih-canggihnya. Entah angin apa yang membuat saya punya ide aneh. Saya punya gambaran sebuah alat kecil di masa depan yang berfungsi bisa sebagai PC atau HP, yang tidak punya layar. Semua benda datar bisa dijadikan layar alat tersebut. Saat itu saya kepikiran menggunakan proyektor, proyektor sangat kecil tentunya. Lalu pengguna mengoperasikannya selayaknya touchscreen. Di angan-angan saya, meja bisa jadi keyboard dadakan dan tembok bisa jadi monitornya. Bagaimana bisa touchscreen ke berbagai benda datar?  Saya tidak memikirkannya sedetail itu. Saya hanya bermimpi untuk bisa menemukan devais kecil yang mudah dibawa ke mana-mana dengan fitur hebat tanpa layar dengan memanfaatkan benda-benda yang sudah ada. Menurut saya itu akan memudahkan, meringankan, dan mengubah gaya hidup masyarakat. Mungkin cukup alat sebesar bolpen dan meja saja kita sudah bisa mengetik di Ms. Word.

Di tahun 2016 ini, ketika saya masih mengejar impian menjadi insinyur teknik elektro, alat yang di angan-angan saya ternyata...








... sudah ada. 
Berdasarkan mashable.com , Sony Xperia Projector yang dipamerkan di Mobile World Congress 2016 ini mempunyai fitur yang sama dengan alat impian saya. Dengan menyentuh tembk yang dijadikan layarnya, pengguna dapat mengoperasikannya seperti touchscreen. Touchwall jadinya. Penemu Xperia Projector Concept seakan membuat saya mencari impian-impian baru yang harus lebih canggih. Haha. Tapi saya salut dengan beliau-beliau yang terus mengalirkan teknologi-teknologi hebat seperti ini. Kalau harganya 1 jutaan saya mau beli 5, Om.  


Oiya, sebelumnya juga sudah ada Projection Keyboard yang mirip dengan alat di angan-angan saya tapi hanya keyboardnya saja. 

0 Komentar:

Sambutan Bapak Wapres yang mewakili Pak Presiden di pembukaan BCEF 2016 Beralih sedikit dari " Menerangi Jalan Kampung Lio &q...

Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016


Sambutan Bapak Wapres yang mewakili Pak Presiden di pembukaan BCEF 2016

Beralih sedikit dari "Menerangi Jalan Kampung Lio" yang masih bersambung. Saya berkesempatan mewakili Palapa HME ITB untuk menghadiri Youth Forum BCEF 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM RI di Nusa Dua, Bali, tanggal 11-12 Februari 2016.



Bali Clean Energy Forum 2016


Indonesia mempunyai target 23% sumber energi berasal dari energi terbarukan pada tahun 2025. Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM, Pak Sudirman Said, dalam pembukaan Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016 di Nusa Dua, Bali. BCEF diselenggarakan oleh kementerian ESDM RI bekerjasama dengan International Energy Agency (IEA), merupakan konferensi menteri-menteri energi beberapa negara di dunia untuk menghasilkan kesepakatan tentang energi bersih, salah satunya adalah dibangunnya Center of Excellence (CoE) di Bali. BCEF 2016 yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 12 Februari ini juga merupakan langkah percepatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia untuk mencapai target di tahun 2025, 23%, yang saat ini baru 6,8% saja.

Center of Excellence (CoE) merupakan pusat teknologi, penelitian, dan pengumpulan data energi bersih dari seluruh dunia. Di CoE ini juga akan dilakukan pengembangan teknologi energi bersih untuk diadaptasi dengan kondisi Indonesia agar nantinya dapat diimplementasi di Indonesia. Pengembangan energi bersih memiliki tantangan yaitu harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan energi fosil. CoE mendukung program 35000 MW yang digalakkan oleh Presiden Jokowi diiringi dengan pengurangan subsidi energi fosil. Perlu adanya pengembangan teknologi dan kerjasama antarpihak dalam pengembangan ini diiringi dengan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden RI, Pak Jusuf Kalla, dalam pembukaan BCEF 2016. 

Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016 terdiri dari beberapa acara paralel di samping pertemuan tingkat menteri dan lembaga internasional. Acara paralel tersebut antara lain pertemuan tingkat ahli dan pemangku jabatan, pertemuan pebisnis, pertemuan lembaga masyarakat sipil, dan pertemuan komunitas muda. Diwakili oleh Dwiky dan Sahil, Palapa HME ITB sebagai komunitas mahasiswa pengabdian masyarakat di bidang energi ikut menghadiri pertemuan komunitas muda atau Youth Forum. Dalam Youth Forum ini hadir juga komunitas-komunitas pemerhati energi dan lingkungan dari seluruh Indonesia, yaitu Earth Hour, Komet, Together We Save Energy, Udayana Hijau, Kopernik, Enter Nusantara, Tunas Hijau, Sobat Bumi, 1000 Guru, dan lain-lain. 


Youth Forum


Rangkaian acara Youth Forum dibagi menjadi 2 hari, 11 dan 12 Februari 2016. Hari pertama merupakan pembukaan Youth Forum dan sesi pembekalan dari para pembicara yang hebat-hebat.

1. Pertama, ada kak Ve (Verena Puspawardani) dari P2EBT Kementerian ESDM, berbicara tentang latar belakang diadakannya BCEF ini dan adanya Youth Forum ini. Percepatan EBT (Energi Baru Terbarukan), dengan BCEF ini, dilakukan atas dasar undang-undang nomor sekian tahun sekian serta adanya target penggunaan EBT 23% di tahun 2025. Oleh kak Ve, ditampilkan juga data-data jumlah desa yang belum cukup listrik dan belum terlistriki. Untuk percepatan EBT juga diperlukan teknologi tinggi namun tetap melibatkan masyarakat. Salah satu terobosannya adalah akan didirikannya Center of Excellence di Bali. CoE ditempatkan di Bali karena Bali merupakan provinsi yang mempunyai inisiatif energi bersih. Dapat dilihat di jalanan di Bali telah banyak lampu-lampu jalan yang menggunakan tenaga surya. Bali juga merupakan tujuan pariwisata utama sehingga dapat menarik minat negara lain untuk berkontribusi di CoE.

2. Pembicara selanjutnya adalah koordinator Earth Hour Indonesia, Galih Aji, yang menjelaskan tentang kampanye viral dan komunikasi digital. Kampanye di dunia digital lebih mudah dilakukan karena saat ini hampir tidak ada yang tidak bersosial media. Untuk membuat gerakan yang massive seperti gerakan Earth Hour, hal yang perlu dilakukan adalah membuat fun gerakan itu dan membuat gerakan yang mudah dilakukan semua orang.


3. Pembicara ketiga adalah kak Nuning dari komunitas Kayon Tabanan. Komunitas ini merupakan komunitas yang menggalakkan penggunaan energi bersih di lingkungan sehari-harinya di Tabanan. Komunitas Kayon mempunyai filosofi “Tri Hita Karana”, mnekankan hubungan antarsesama manusia, hubungan dengan lingkungan sekitar, dan hubungan dengan Tuhan. Kayon Tabanan telah mengembangkan benda-benda ramah lingkungan, seperti solar panel untuk lampu, mesin pembajak BALI (Bajak Listrik), Biogas “Cowshit is not Bullshit”, sepeda motor listrik, dan lain-lain. Komunitas ini mengembangkan teknologi dengan tetap memperhatikan aspek budaya lokal, mirip yang dilakukan IBEKA.

3. Setelah istirahat siang, acara dilanjutkan dengan pembekalan lagi dari pembicara lain. Pembekalan selanjutnya adalah tentang advokasi yaitu dengan cara membuat petisi. Pengisi materi ini adalah Campaign Director Indonesia dari change.org, Kak Arief Aziz. Proses pelaporan masalah biasanya lama dan tersendat jika dilakukan bertahap dari kelurahan, kecamatan, kota, provinsi, dst. Petisi merupakan “jalan pintas” pelaporan masalah kepada pihak pemerintah. Lebih efektif lagi petisi disebarluaskan ketika ada momen yang tepat. 

4. Setelah itu ada kak Tian (Christian Natalie) dari Jaringan Komunikasi Bandung Bijak Energi (JKBBE), yang menjelaskan tentang perlunya kolaborasi. CEO kitabisa.com, kak Timmy (Alfatih Timur), melanjutkan materi selanjutnya tentang crowdfunding atau menggalang dana dari masyarakat. Dalam menggalang dana tersebut, diperlukan penyusunan kisah yang menyentuh agar menggerakkan masyarakat mau berdonasi. Selain itu, diperlukan juga momen-momen yang tepat, seperti ketika membuat petisi.

5. Pembekalan selanjutnya adalah tentang kisah PETA (Patriot Energi Tanah Air), kak Darmadi, dan sedikit penjelasan tentang PETA dari kak Osa (Ferosa A., UPEM ESDM). PETA merupakan pasukan sarjana yang dikirimkan ke pelosok garis terluar Indonesia untuk membangun energi terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek lokal di sana. Kak Darmadi adalah anggota PETA yang ditempatkan di Pulau Alor, NTT, untuk menjadi external activator “mempengaruhi” masyarakat agar membangun pembangkit listrik tenaga surya. Selama 5 bulan kak Darmadi tinggal di sana, menjadi orang sana, dan memberdayakan masyarakat sana. Tidak hanya dalam hal energi, masyarakat tergerak untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan, pengairan, dan lain-lain. PETA melakukan misinya dalam beberapa tahap, pertama social mapping, lalu design thinking sampai adanya solusi, kolaborasi dengan masyarakat, sampai muncul adanya inovasi dan perubahan yang lebih baik. Tidak main-main jika ingin menjadi anggota PETA. Terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki dalam 1 bulan pelatihan, yaitu perjuangan, teknis, pemberdayaan masyarakat, dan ikhlas. Pasukan PETA dididik secara militer dan sosial, salah satunya oleh lembaga IBEKA.

Para pembicara hebat

Foto Bareng Peserta Youth Forum Hari Pertama
Hari pertama memang acaranya semacam seminar, masih sesi pembekalan. Sesi diskusi dan merencanakan aksi dilaksanakan pada hari kedua. Di hari kedua tersebut kami juga berdialog dengan Pak Menteri, Pak Sudirman Said, untuk mengemukakan hasil diskusi Youth Forum agar nantinya dapat didukung dan di-follow up oleh kementerian ESDM.

....Bersambung


0 Komentar:

Selasa, 29 Desember 2015: Kelistrikan Liburan akhir tahun 14 orang digunakan untuk hal yang bermanfaat. Pengalaman pun bertambah.  ...

Menerangi Jalan di Kampung Lio (3)

Selasa, 29 Desember 2015: Kelistrikan

Liburan akhir tahun 14 orang digunakan untuk hal yang bermanfaat. Pengalaman pun bertambah. 

Hari ini adalah waktunya pemasangan solar panel di atas tiang yang kemarin sudah dibuat pondasinya. Setelah Pak Ujen memperhalus dinding pondasi, untuk mencapai puncak tiang saya naik ke "panggung" bambu , begitulah warga menyebutnya. Saya memasang batang besi melintang sehingga tiang unit pembangkit menjadi seperti huruf "T". Setelah itu saya turun, minta gantian sama yang lain karena terik sekali matahari kala itu sampai bercucuran keringat. Namanya juga tempat untuk solar panel, jadi ya harus terkena sinar matahari langsung sepanjang hari. 

Shift kerja berikutnya adalah Angga, Ali, Dehan, Abram, dan Ridhan. Empat dari mereka naik ke panggung bambu. Mereka kebagian memasang solar panel di batang besi. Warga hanya bantu gotong royong mengangkat solar panel yang besar satu panelnya sekitar 1x1,5 meter dan beratnya sekitar 10 kg. Kami menggunakan 2 solar panel.  Masalah muncul ketika besi penyambung solar panel dan batang besi tidak pas ukurannya sehingga harus digerinda lebih dulu.

Sambil menunggu menggerinda penyambung itu di desa sebelah, para striker bahasa Sunda, Ahmad dan Ojan, bersama warga dengan sigap langsung mendiskusikan desain tiang lampu dan mengerjakannya. Kami menyebar mencari bambu dan kayu. Dalam pengerjaan lampu jalan ini sangat kontras terlihat perbedaan antara tim Palapa dan warga. Ada pekerjaan yang memang terpisah antara kami untuk mencapai kesigapan berdasarkan pengalaman, yaitu kelistrikan dan sipil. Sebagian besar kelistrikan dikerjakan tim Palapa dan sebagian besar hal-hal bangunan dan tiang bambu dikerjakan warga.

Perlu waktu cukup lama untuk memasang dua solar panel itu. Sementara itu, beberapa tiang lampu dari bambu sudah siap didirikan. Sigap sekali emang warga kampung Lio ini. Kami menyelesaikan bagian unit pembangkit dahulu sebelum mendirikan tiang lampu. Solar panel dipasang dengan kemiringan 5 derajat menghadap ke utara. Akhirnya solar panel dapat dipasang di tiangnya dengan penyangga, baut, mur, dan lain-lain tapi tidak memakai lem. 

Dari kemarin selalu ada Budi, anak Pak Iwan berumur 5 tahun, lucu sih, tapi tingkahnya seperti tidak bisa diam. Setelah pemasangan solar panel, kami memasang kit kelengkapannya. Mulai dari baterai, charge controller, inverter, perkabelan, dll. Semua dimasukkan dalam box. Satu baterai beratnya 30kg. Box yang ukurannya pas-pasan itu membuat saya, kevin, dan Pak Okay agak kesulitan merangkainya. Setelah terpasang, cek sana-sini, rapikan kabel, lalu kami istirahat siang. 

Karena perhitungan yang sangat hemat, ternyata kabel untuk penerangan jalan kurang. Setelah dhuhur Ojan dan Sahil berangkat beli kabel ke Kabandungan. Tim Palapa lain dan warga memulai pemasangan lampu di titik pertama. Tiang-tiang sudah diletakkan di titik-titik lampu yang sudah ditentukan. Sampai maghrib menjelang, kami telah memasang 7 titik lampu, salah satunya di tempat wudhu Mushola. Malam harinya, kami istirahat di rumah tinggal masing-masing dan bersiap menyongsong hari esok menyelesaikan pemasangan lampu jalan.  


Bersambung...

<<<Part 2       Part 4>>>

0 Komentar:

Minggu, 27 Desember 2015 : Mengkaji lebih dalam Rencananya hari ini adalah memastikan jalur logistik via Kabandungan dan berdiskusi leb...

Menerangi Jalan di Kampung Lio (2)

Minggu, 27 Desember 2015 : Mengkaji lebih dalam

Rencananya hari ini adalah memastikan jalur logistik via Kabandungan dan berdiskusi lebih dalam tentang penerangan jalan dengan warga sorenya, selagi menunggu anggota tim Palapa yang lain sampai di Kampung Lio. Oiya, tim Palapa bersama logistik berangkat tanggal 27 malam dan sampai di Lio Senin Pagi.

Jalan-jalan menyusuri jalur Kampung Lio - Kabandungan dilakukan setelah sarapan. Pak Okay ikut tapi cuma sampai seperempat jalan. Selebihnya kami naik motor. Medan cukup ekstrem, apalagi untuk motor matik. Tapi Ojan sang pengemudinya dengan sigap dan tangkas bisa meliuk-liuk dan naik-turun di jalanan aspal berbatu. Ridhan yang memakai motor kopling lebih mudah menghadapi rintangan, hanya saja mungkin lebih berat di beban yang dibawanya, yaitu si Ahmad F.I.. Di Kabandungan, kami mampir di rumah kang Rhandy EL'11 untuk berkordinasi dengan ayahnya. Anggota tim Palapa lain akan datang ke sana dan singgah sebentar menunggu matahari terbit esok hari, lalu berangkat ke Lio.

  


Diskusi di Mushola, dan menentukan spot tiang solar panel

Setelah dari Kabandungan sempat mencari kesegaran dengan es kelapa muda, kami kembali lagi ke Kampung Lio. Sorenya, kami berdiskusi dengan warga rencana keesokan hari, dari gotong royong mengangkut komponen sampai pemasangan tiang, lampu, dan lain-lain. Malamnya, saya dan tim pendahulu lain jalan-jalan sekalian melihat-lihat titik-titik yang perlu diberi lampu jalan di kampung Lio.


Senin, 28 Desember 2015 : Execute!

Oiya, minggu malam tim pembawa logistik berangkat ke Kampung Lio. Mereka menggunakan 2 mobil untuk orang dan 1 pickup khusus barang. Mereka sampai di rumah Kang Rhandy di Kabandungan sekitar subuh sejak jam 23 mereka berangkat dari Bandung.

Ridhan si kahim terpilih dan saya senin pagi sudah menunggu menuju calon tempat pickup berhenti sedangkan Ojan dan Ahmad akan berangkat bersama warga. Pickup tidak bisa sampai di kampung Lio karena medan yang mustahil dilalui. Tempat pickup berhenti  sekitar 1 km kurang dikit jaraknya dari Kampung Lio. Jam 8 tim Palapa yang lain satu persatu datang naik ojek, disusul pickup berisi komponen. Para warga sudah menunggu untuk bergotong royong mengangkut komponen-komponen yang cukup besar, antara lain solar panel 1,5x1 meter, tiang besi sepanjang 3 meter, 2 baterai 30kg, box baterai, dan lain-lain. Tim Palapa bersama warga gotong royong mengangkut komponen-komponen tersebut melewati jalanan naik turun berbatu sampai kampung Lio.

Salah satu foto mengangkut Solar Panel ke Kampung Lio 

Duo Kahim dan Senator HME ITB setelah mencari bambu juga ikut mengangkut Batu

Sesampainya di Lio, tepatnya di depan rumah Pak Okay, warga dengan sigap langsung mau mulai mengerjakan pondasi untuk tiang. Ada yang berangkat beli semen, mencari batu, pasir, dan bambu, diikuti oleh tim Palapa yang dalam hal ini kurang pandai bahkan belum istirahat. Tim Palapa dan tim warga langsung menyebar, talk less do more, tidak ada briefing dan pembagian tugas yang rinci dari warga tapi langsung kerja. Untuk bahan bangunannya, kami tinggal mencari di sekitar kampung Lio, hanya semen saja yang harus beli. Pasir dan batu dengan mudah ditemukan di pinggir sungai. Beberapa warga mengangkutnya dalam karung dengan motor. Para pencari batu lain mengangkut batu-batu yang cukup besar yang tidak diangkut dengan motor ke lokasi titik solar panel. Cukup jauh, menanjak, panas menyengat, dan melelahkan.

Hari itu juga dengan sigap Pak Ujen dibantu Pak Iwan, Pak Hendra, dan warga lain membuat pondasi untuk tiang solar panel. Tim Palapa hanya bisa membantu sedikit dalam hal ilmu bangunan ini. Pak Ujen sudah cukup berpengalaman. Hari ini progres kami sudah sampai pemasangan tiang 3 meter di pondasinya tapi masih dengan penyangga bambu. Kecepatan tinggi. Padahal rencana kami hal ini baru bisa diselesaikan besok. Sekitar jam 2 siang kegiatan hari ini diakhiri karena harus menunggu pondasi kering lebih dahulu untuk beralih ke tahap selanjutnya.

(Gambar proses Pondasi+tiang)

Sedikit foto proses pembuatan pondasi
Sorenya saya coba jalan-jalan ke lapangan. Ternyata anak-anak kampung Lio sedang main bola lalu saya langsung ikut. Semua terlihat bahagia. Jatuh bangun, sliding tackle, tendang sana tendang sini, bola ke pepohonan, ke kandang kambing, tidak ada yang menangis. Di malam hari, 14 orang tim Palapa sudah menyebar tinggal di 3 rumah warga. Kami ngobrol dengan pemilik rumah , tidak seperti di kehidupan kampus, jam 21 sudah mulai tidur karena mungkin kelelahan.

Bersambung...

<<<Part 1                Part 3>>>

0 Komentar:

Tim Palapa merencanakan membantu warga Kampung Lio kali ini dalam hal penerangan jalan. Kenapa penerangan jalan? Karena hal ini dapat menam...

Menerangi Jalan di Kampung Lio (1)

Tim Palapa merencanakan membantu warga Kampung Lio kali ini dalam hal penerangan jalan. Kenapa penerangan jalan? Karena hal ini dapat menambah jam produktif warga dan memudahkan warga beraktivitas di malam hari, sejak maghrib sampai menjelang tidur ditambah di waktu subuh yang masih gelap. Rencana awal lampu jalan akan dibangun di 10 titik lampu, satu lampunya 9 Watt lampu LED hemat energi. Jumlah ini merupakan hasil perhitungan dan pertimbangan keuangan dari tim Palapa dan Alpensteel, perusahaan penyedia komponen tenaga surya.

Dalam keberangkatannya, tim Palapa berjumlah 14 orang dibagi menjadi 2 tim, yaitu 4 orang tim pendahulu dan 10 orang tim sisanya, pembawa logistik. Tim Pendahulu bertugas mencari jalur logistik yang memungkinkan dan tidak menyulitkan pickup pembawa komponen Penerangan Jalan Tenaga Surya sampai di Kampung Lio. Tim sisanya berangkat membawa komponen-komponen tersebut. Rencananya, pengerjaan penerangan jalan ini mulai 26 Desember 2015 sampai 2 Januari 2016.

Sabtu, 26 Desember 2015 : Keberangkatan Tim Pendahulu

Berangkat dari ITB sekitar jam 8 kurang menuju Kampung Lio. Ojan, Ahmad, Ridhan, Dwiky naik sepeda motor. Jalur yang dilalui adalah Bandung-Padalarang-Cianjur-Sukabumi-Cisaat-Cibadak-Kalapanunggal-Batugajah-Kampung Lio. Akses ke Kampung Lio ada 2, yaitu lewat Kabandungan dan lewat Batugajah. Kami sengaja mencari jalan ke kampung Lio lewat Batugajah untuk survei jalur logistik karena biasanya ke sana lewat Kabandungan sehingga sudah tahu medannya bagaimana.

Tim Pendahulu melewati jalan menuju Kampung Lio via Batugajah
Kami menyempatkan diri beranjak dari jok motor agar tidak menyiksa pantat. Kami beristirahat di Cianjur sekitar jam 9, dan istirahat lagi di Cibadak jam 12 setelah melanjutkan perjalanan. Sekitar pukul 14 kami sampai di Kalapanunggal, ibukota kecamatan Batugajah. Dalam perjalanan dari Kalapanunggal menuju Batugajah, kami sempat tersesat karena GoogleMaps. Aplikasi peta itu mengarahkan kami melewati jalan yang sempit sekali. Ternyata, jalanan menuju Batugajah tidak lebih bagus daripada jalanan Kabandungan, hanya memang lebih dekat dan pemandangannya lebih bagus. Medan berbatu, naik-turun, kanan-kiri perkebunan, jurang, dan lain-lain. Akhirnya, pukul 15.30 kami sampai di Kampung Lio lewat Batugajah, menyeberang sungai menuju Lio bagian bawah.

Peta Kampung Lio

Kampung Lio terletak di Kecamatan Kabandungan yang berbatasan dengan Desa Batugajah, Kec. Kalapanunggal. Kampung Lio tidak bisa diakses dengan mobil dari semua jalur. Mobil hanya bisa sampai 2 kampung di sebelahnya, lalu sisanya ditempuh dengan berjalan kaki melalui medan berbatu dan naik-turun. Inilah yang menyulitkan pengangkutan logistik untuk penerangan jalan.

Sesampainya di Kampung Lio, kami bersilaturahmi ke Pak Mad terlebih dahulu karena kami lewat depan rumahnya. Pak Mad ini merupakan orang terkaya di Lio katanya, tapi rumahnya terpisah sendiri dari penduduk lain. Di belakang rumahnya ada kolam mata air. Lalu kami menuju Kampung Lio atas, tempat kami akan tinggal dalam proyek ini. Tim pendahulu tinggal di rumah Pak Okay selama menunggu kedatangan tim sisanya. Malamnya, kami berdiskusi dengan Pak Okay untuk merencanakan diskusi dengan warga tentang rencana Penerangan Jalan ini. Sebenarnya warga sudah tahu tentang rencana ini lewat Pak Okay karena sebelumnya saya sudah menghubungi Pak Okay. Fyi, Pak Okay adalah salah satu tokoh yang berpengaruh di Kampung Lio, orang yang dianggap pemimpin, walaupun sebenarnya beliau adalah anak dari Pak RT, Pak RTnya sudah sepuh. Kami juga menyempatkan rapat internal tim pendahulu untuk mengubah rundown, jalur logistik, dan pembagian rumah tinggal. Jalur logistik yang dipilih akhirnya tetap seperti biasanya yaitu melewati Kabandungan karena kalau lewat Batugajah ternyata lebih sulit. 

Bersambung...

>>>Part 2

0 Komentar: