Bandung memang kota dengan walikota yang keren. Salah satu hasil kerjanya yang terlihat adalah taman-taman di kota Bandung yang berub...

Taman-taman di Kota Bandung


Bandung memang kota dengan walikota yang keren. Salah satu hasil kerjanya yang terlihat adalah taman-taman di kota Bandung yang berubah menjadi apik, terawat, unik, dan bertema. Ada di antaranya yang baru dan hasil revitalisasi taman yang lama. Hari ini (31 Desember 2014) aku bersepeda keliling kota Bandung menikmati beberapa taman itu. 

1. Taman Jomblo
Sebenarnya namanya Taman Pasupati. Disebut Taman Joblo karena di sana tempat duduk yang ada hanya untuk 1 orang saja. Taman ini terletak di bawah jalan layang pasupati di perempatan Baltos.


2. Taman Film
Taman tidak jauh dari taman jomblo. Juga di bawah jalan layang pasupati tapi sedikit ke barat. Di sini tempat nobar Persib juara ISL kemarin. Film yang diputar di sana adalah film-film pendek karya anak Bandung. Penonton dimanjakan dengan rumput sintetis yang empuk. Dilarang merokok di sana, dan jagalah kebersihan.

3. Taman Lansia

Mungkin taman ini dikhususkan untuk para lansia. Tapi itu hanya namanya saja. Di sana banyak juga pengunjung yang masih muda. Ada yang pacaran, ada keluarga yang piknik, ada bule yang main hp, dan ada seseorang yang sendirian datang ke sana dengan sepeda. Terletak di Jalan Cilaki, dekat Gedung Sate.
Acara untuk para lansia (?)

Ada tanaman untuk menghias taman
Kolam retensi untuk banjir.
Diresmikan oleh Walikota beberapa menit setelah aku pergi dari sana
Di Google banyak fotonya yang sudah bagus. Haha
Park Rangers mengepel taman















































4. Taman Kandaga Puspa
Bersebrangan dengan Taman Lansia, di taman ini banyak tanaman yang lebih menarik. 

Piknik Keluarga Besar

Ada anak-anak yang main gadget. Gadget di mana-mana
































Katanya di depan taman ini adalah tempat naik bus Bandros yang keliling Bandung itu. Tapi tadi lupa tentang itu. Jadi ya tak sempat aku melihat dan menaiki bus itu.

5. Taman Musik

Taman ini letaknya di depan SMAN 5 Bandung. Ada satu panggung yang mungkin dipakai pertunjukan yang bisa ditonton dari tribun penonton yang melingkarinya. Ada juga satu lapangan basket sekaligus futsal.

6. Taman Lalu lintas
Ini bukan sekedar taman. Taman yang ini lain daripada yang lain. Perbedaannya dari taman lainnya adalah ada tiket masuknya, 6000 rupiah. Hiks. Ternyata taman ini adalah taman bermain untuk anak-anak. Ada prosotan, ayunan, patung binatang, trampolin, kereta mini, kolam renang, dan lain-lain. Khusus untuk anak kecil. Orang-orang dewasa atau orang tuanya bisa piknik di sini sambil mengawasi anaknya bermain. Sesuai namanya, di taman ini juga ada rambu-rambu lalu lintas untuk belajar anak-anak.





7.  Taman Maluku
Di taman inilah terdapat patung pastor yang katanya horror itu. Persisnya di Jalan Ambon. Sepi, siang tadi tidak ada orang di taman ini dilihat dari jalanan luar. Aku tidak masuk ke taman ini. Bukannya takut, tapi lebih tepatnya karena tidak menemukan pintu masuk ke taman ini. Haha.

8. Taman Pramuka
Terletak di Jalan Riau, sepertinya taman ini merupakan tujuan para pramuka beraktivitas. Bagus juga monumen tunas kelapanya.
Semaphore



9. Taman Masjid Raya Bandung

Baru selesai Desember 2014 ini, baru saja diresmikan oleh pak Walikota hari ini, tanggal 31. Sebelumnya sudah ramai pengunjung, walaupun pohon-pohon dan tanaman lain belum tumbuh dan masih banyak tukang bangunan yang sedang finishing. Rumputnya sintetis, jadi harus lepas alas kaki. Piknik, bermain, lari-larian, dan sekedar leyeh-leyeh dapat dilakukan di rumput sintetisnya. Ini ada videonya dari udara:
  

10. Taman Ganesha
Taman ini masih sepi sejak renovasinya beberapa bulan lalu. Tuh, di fotonya sudah bagus. Mungkin karena belum dipublikasikan secara luas dan belum diresmikan. 
Taman ini terletak di Jl. Ganesha depan kampus tercinta, ITB. Dulu, sebelum direnovasi, sempat akan dijadikan obyek proyek angkatan Elektroteknik 2012. Tapi ternyata sudah ada guyuran uang untuk memperbaiki taman ini. Pasti nanti akan banyak mahasiswa ITB yang ke sana. (Ya iya lah tinggal nyebrang)

11. Tamansari

Tamansari bukanlah taman, tapi nama jalan, hahaha. Inilah jalur lingkar luar ITB bagian barat. Pasi macet di sini pas jalan Dago ditutup Car Free Day atau pas ada perayaan tahun baru seperti sekarang. Katanya ada kuntilanak yang terkenal di jalan ini. 


Terima kasih kepada Bapak Walikota Bandung yang telah memberi ruang terbuka bagi masyarakat untuk beraktivitas dan bumi untuk bernafas. Semoga bermanfaat!



0 Komentar:

Berawal dari rencana bersepeda selanjutnya setelah dari tebing keraton , yaitu ke Tangkuban Parahu.  Bertepatan juga dengan waktu libu...

Pedal berputar, Gerbang Tangkuban Parahu





Berawal dari rencana bersepeda selanjutnya setelah dari tebing keraton, yaitu ke Tangkuban Parahu. Bertepatan juga dengan waktu liburan semester ganjil saat tidak pulang kampung karena mahalnya tiket dan cuma beberapa hari di sana. Sementara teman-teman lain pulang kampung dan menikmai waktu bersama keluarga, aku  mencoba menaklukkan perjalanan ke Tangkuban Parahu dengan sepeda merahku. Sendirian.

Minggu, 28 Desember 2014
Berangkat dari Cisitu Lama no. 33 setelah subuh sekitar jam 5 saat hari belum membuka matanya. Beberapa menit sepeda melincur, tak ada hambatan yang berarti selain jalan yang mulai menanjak di Jl. Setiabudi. Gir sepeda sering diganti-ganti untuk meringankan kayuhan. Di depan kampus UPI, karena terlalu sering oper-oper gir dan memang umur sepeda sudah tak semuda pemiliknya, rantainya putus. Sebenarnya tak tau kapan jadiannya. Abaikan. Untungnya tools servis sepeda tidak ketinggalan di kosan. Setengah jam berlalu, dengan skill amatir seseorang yang bersepeda sejak smp akhirnya rantai itu dapat disatukan menjadi hubungan yang kuat seperti sedia kala. 

Dengan tangan yang masih berlumuran oli setelah dibersihkan semaksimal mungkin tanpa air dan lap atau sejenisnya, perjalanan dilanjutkan menuju terminal Ledeng, lalu ke arah Lembang lewat Jl. Sersan Bajuri. Melewati Kampung Gajah, Pasar Bunga di pinggir jalan, dan lain-lain. Sebenarnya coba-coba sih lewat sana karena belum pernah ke Lembang lewat situ. Ternyata keputusan yang salah, malah makin panjang jalurnya, dan naik. Tak ada cara lain selain menuntun sepeda saat kaki mulai lelah mengayuh. Disempatkan istirahat juga.


Sesampainya di jalanan Lembang, ya itu-itu saja Lembang kalau tidak ke tempat wisatanya, aku langsung lanjut ke Jl. Tangkuban Perahu. Sepanjang jalan yang menanjak itu sepertinya nama jalannya tetap Jl. Tangkuban Perahu tapi tak kunjung terlihat gerbang tempat wisatanya. Sempat sekian meter ada turunan yang malah jadi masalah saat pulang nanti, lalu naik lagi, nuntun lagi, dan menyempatkan diri istirahat. Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk di sampingku, kawan. Eh, tidak. Lagu itu tidak cocok. Walaupun perjalanan terus menanjak, inilah tantangannya. Setelah itu kita akan mendapatkan kenikmatan berupa turunan. Oke, itu nanti. Aku belum sampai di Tangkuban Perahu.

Perjalanan selanjutnya yaitu lewat daerah Cikole. Tempat wisata outbond dengan hutan pinus ini adalah jalur yang cukup melelahkan. Beberapa meter jalan kelihatannya datar, tapi kalau dirasakan sendiri cukup berat kaki ini mengayuh sepeda, entah karena mungkin sudah lelah atau yang lain. Apalagi ditambah gerimis manja yang saat itu menerjang daerah Cikole. Aku tetap melanjutkan perjalanan. 



Setelah mengayuh sekuat tenaga di jalan raya dengan hutan pinus itu, sempat nuntun juga, akhirnya sampai juga di gerbang  tempat wisata Tangkuban Parahu. Tapi ternyata ramai pengunjung. Hari Minggu. Jadi males masuk. Eh sebenarnya bukan karena itu tapi karena tiket masuknya yang mahal. Haha. Di liburan ini aku mencari liburan yang murah, dan seminimal mungkin tidak mengeluarkan uang. Itulah sepedaan, cukup dengan sarapan seperti biasa, membawa air minum secukupnya, dan mungkin tambahan roti untuk di perjalanan. 


Tujuan berbelok arah. Di dekat sana ada kebun teh yang cukup bagus. Aku hanya pernah melewatinya, melihatnya dari jalanan. Hari itu juga pertama kalinya memijakkan kaki dan memutar ban sepedaku di kebun teh. Perjalanan ini sekitar 30 km. Naiknya berapa meter entahlah. Haha. Seru!

Saat itu aku sendirian. Orang-orang belum ke sana mungkin karena masih gerimis saat itu. Foto itu adaalah foto selfie jarak jauh. Sadel sepeda lah sebagai tripodnya yang diletakkan di sela-sela tanaman teh.





Menyendiri untuk mempersiapkan saat sudah berpasangan nanti. 
Belajar untuk memimpin diri sendiri sebelum memimpin sebuah keluarga nanti,
sebelum memimpin sebuah perusahaan nanti,
sebelum memimpin negeri ini.

0 Komentar:

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi Dibalik awan hitam Smoga ada yang menerangi sisi gelap ini, Menanti.. Seperti pelangi setia me...

Sore Adalah Hujan

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegiDibalik awan hitamSmoga ada yang menerangi sisi gelap ini,Menanti..Seperti pelangi setia menunggu hujan reda
Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,Di bulan desember
Sampai nanti ketika hujan tak lagiMeneteskan duka meretas lukaSampai hujan memulihkan luka
Efek Rumah Kaca - Desember  

Ketika musim hujan tiba, seringkali kita mengeluh saat hujan turun. Bahkan ada yang sejak tetesan pertama air dari langit ke permukaan bumi. Sepulang sekolah, televisi di rumah sudah menunggu untuk ditonton tetapi kadang hujan turun cukup deras membuat seorang siswa SMA harus menunggu sampai reda karena tidak ada payung dan jas hujan. Sepulang dari kantor, seorang ayah kadang rela menerobos hujan deras dan banjir dengan motornya untuk segera bermain dengan anaknya dan melepas lelah di rumah. Mungkin juga banyak di antara kita yang pernah terlambat datang sebuah pertemuan karena hujan.


“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf [50] : 9).
Dalam kenyataannya, hujan tak seburuk itu. Dalam QS. Qaaf 50:9 disebutkan bahwa air yang turun dari langit diturunkan dengan penuh keberkahan. Pepohonan dan tanaman-tanaman dapat tumbuh karena air itu. Pohon-pohon tumbuh besar menjadi rindang dan berfotosintesis menyerap karbondioksida menjadi oksigen. Beras, sayuran, dan buah-buahan yang akan kita makan dengan mudahnya tumbuh dan meringankan pekerjaan petani. Anak-anak pun banyak yang senang saat hujan turun. Kejar-kejaran, sepak bola, bersepeda, dan lain-lain mungkin pernah kita lakukan saat kecil dulu di bawah guyuran hujan. Tapi memang bahaya sih kalau pas hujan badai ditemani kilat bak jepretan kamera dan guntur menggebu-gebu. 
“Allah, dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambanya yang di kehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum, (40):48)
Proses turunnya hujan ternyata mempunyai rahasia. Selain proses di QS Ar-Rum 40:48 dan proses yang sudah pernah kita pelajari di sekolah, hujan mempunyai kemampuan membersihkan udara sekitar. Air turun dari langit dengan sekian kecepatan menyebabkan partikel-partikel sekitarnya menjadi bermuatan atau menjadi ion. Lalu kotoran-kotoran di udara banyak yang menempel di ion itu karena beda jenis muatan. Kotoran-kotoran yg bergabung dengan ion akan menjadi berat lalu jatuh ke tanah kemudian udara di sekitar hujan menjadi bersih dan segaaar. 

Fakta selanjutnya yang paling misterius dan mengejutkan ilmuwan adalah bahwa hujan memiliki kemampuan untuk menghipnotis manusia meresonansikan ingatan masa lalu. Tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuwan hanya bisa menyimpulkan, "di dalam hujan ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu". Dan pada titik ini, para ilmuwan meyakini bahwa manusia biasanya mendapatkan inspirasi. Katanya karena aroma "petrichor"nya. (sumber)


Mungkin siswa yang tadi ketika menunggu hujan reda dia bertemu temannya yang membawa mobil lalu diantar pulang, mungkin dia bertemu guru yang sama-sama menunggu lalu ditraktir makan, atau mungkin dia bertemu dengan seseorang yang dikaguminya sama-sama menunggu di bawah rintik hujan yang mendayu-dayu. haha. Dengan turunnya hujan bisa membuat seorang ayah lebih berhati-hati dan lebih sabar untuk menghadapi perjalanan. Tapi ingat, banjir itu ulah manusia yang kurang menata kotanya. Jaman dulu pasti juga hujan besar kok tapi tidak ada mega-banjir seperti sekarang. Selanjutnya, hujan bisa membuat kita pandai-pandai mengatur waktu lagi agar tidak terlambat. Di kalangan remaja masa kini, hujan juga dapat diartikan sebagai hal yang romantis dan atau saat yang tepat untuk galau. Mungkin ilmuwan yang disebutkan di atas menurut salah satu sumber itu adalah ilmuwan penyair, pembuat lagu, atau para orang galau yang mudah mendapatkan inspirasi saat hujan. Haha

Lalu apa hubungannya hujan dengan sore? Sebenarnya saat sore tidak selalu hujan sih. Tapi saat sore adalah waktu tersering turunnya hujan di sepanjang hidup saya di Malang dan di Bandung. Itu.

0 Komentar:

Perjalanan  Minggu (9/11/14) pagi, aku, sepeda balap merah, dinaiki oleh pemilikku menuju tebing keraton, salah satu destinasinya da...

Pedal Berputar. Eh, Tebing Keraton.



Perjalanan 

Minggu (9/11/14) pagi, aku, sepeda balap merah, dinaiki oleh pemilikku menuju tebing keraton, salah satu destinasinya dari dulu. Start dari Dago bersama 2 temannya, pedalku terus dikayuhnya dari Dago terus ke atas. Dari terminal dago masih ke atas lagi sampai Tahura (Taman Hutan Raya) Ir.H. Juanda, lalu ke atas lagi ke arah Warung Bandrek, ke atas lagi dan akhirnya sampai di tebing keraton. Di beberapa pinggir jalan ada petunjuknya kok. 

Tak sesederhana itu. Tebing keraton itu berada di 1200 mdpl sedangkan dago sekitar 1000an mdpl. Jarak dari kampus ke Tahura sekitar 3 km, dari Tahura ke tujuan utama adalah 5 km. Perjalanan ke Tahura cukup lancar tak ada halangan berarti selain tanjakan, lalu di Tahura istirahat dulu. Setelah itu beda, menanjak, berliku, sebagian besar batu-batu atau aspal yang cukup hancur, walaupun beberapa meter jalan ada yang sudah bagus. Entah kenapa si Dwiky (pemilik) itu terus memaksaku yang berupa roadbike tua ini. Tahu kan, roda roadbike sepertiku ini kecil dan halus. Cocoknya di aspal biasa. Gigi depan juga cuma 2, sedangkan mountain bike punya 3, bisa lebih enteng. Tapi dia cukup perhatian juga, beberapa kali dia tidak menaikiku saat melewati jalanan yang tidak halus sama sekali. Entah karena dia tak kuat tanjakan atau memang kasihan ban halus ini. 

 
Inilah jalannya, ati-ati kalo mau ke sini
Setelah sekitar 2 jam perjalanan penuh rintangan, pukul 8 kami sampai di tujuan utama. Tiket masuknya 11.000 rupiah untuk 1 orang dan gratis untuk semua sepeda, parkirnya. Aku tidak bisa ikut masuk karena jalan dari pintu masuk menuju tebing hanya jalan setapak seperti jalanan hutan yang maksimal cuma bisa dilewati 2 orang. Aku dan teman sepedaku hanya bisa menunggu di parkiran dan terikat oleh gembok. 

Pemandangan Pohon-pohon Tahura

Di tebing itu, si Dwiky dan temannya foto-foto tanpaku. Kalo dari foto sih seperti itu. Tapi kata Tama, teman Dwiky, hasil di kamera tidak cukup melukiskan apa yang dilihat mata sesungguhnya. Sungguh Maha Suci Tuhan semesta alam yang menciptakan mata manusia. Tebing keraton bukan tebing yang luas. Tapi jika berdiri di tebing ini kita dapat melihat kurang lebih 180 derajat pemandangan yang sangat memanjakan mata. Pepohonan di bawah situ adalah Taman Hutan Raya. Cukup bahaya sih, soalnya pagarnya cuma bambu. 



Bawahnya tebing
Akhirnya ada fotoku, roadbike merah
 Pulangnya, tetap tersiksa. Biasanya aku dibawa Dwiky naik memang sering dituntun, turunnya dinaiki dan langsung meluncur. Kali ini beda. Karena jalanan batu tak sedikit, turun pun juga dituntun. 











Kehidupan

Mungkin perjalanan kali ini bisa kita jadikan analogi kehidupan. Kehidupan yang sangat berat. Ada orang yang hanya menghadapi tanjakan saja dalam hidupnya, ada yang melewati batu saja, atau ada yang hanya berliku-liku. Nah, kalau ini adalah gabungan ketiganya. Naik, tidak mulus, belok-belok, bahkan saat ada keringanan berupa turunan pun masih harus menghadapi batu-batuan. Dalam kehidupan ini kita juga harus punya senjata yang tepat dalam menghadapi beragam permasalahan. Tidak sepertiku yang pakai roda halus di jalanan batu.

0 Komentar:

Ayas kera Ngalam. Tapi sekarang sedang di Bandung, kuliah. Barusan (7/11/2014) di final ISL, Persib Bandung keluar sebagai juara sete...

Toleransi Umat Berklub Sepakbola



Ayas kera Ngalam. Tapi sekarang sedang di Bandung, kuliah. Barusan (7/11/2014) di final ISL, Persib Bandung keluar sebagai juara setelah mengalahkan Persipura. Di pertandingan sebelumnya, semifinal, Persib mengalahkan Arema dan sakitnya tuh di sini di dalam hatiku. Sempat merasa malu keesokan harinya karena pasti dikasih "pukpuk" oleh teman-teman asli Bandung di kampus. Tapi inilah pertandingan, inilah kompetisi, inilah persaingan, inilah hidup, hidup butuh perjuangan, disertai doa, tidak sepenuhnya berhasil, ada yang menang ada yang kalah. 



Malam ini juga para viking, suporter Persib, langsung konvoi ke jalanan setelah nobar. Jersey persib, bawa bendera, syal, dan lain-lain, ada yang tanpa helm. Kali ini bukanlah tentang keamanan yang mau aku bahas. Aremania kalo konvoi juga tak kalah heboh pas Arema juara, dan udah beberapa kali. Lebih membahana menurutku, (Aremania). Polisi-polisi paling juga cuek karena pak polisi juga bahagia kalo tim kesayangannya menang.

Malam ini sepulang nobar di sekre himpunan, aku seperti biasa mengayuh sepeda merah bernama Red pulang ke kosan. Yang tidak biasa ya ada konvoi itu. Sembilan belas tahun katanya menanti juara itu. Satu hal paling berkesan adalah ketika ada suami istri plus satu anak keluarga papua berjalan di Jalan Dago berpapasan dengan viking yang konvoi, saling menyapa dengan senyuman.  Inilah Indonesia, bro! Tak usah ada keributan karena persepakbolaan. Sepak bola bisa membuat kita damai. Dengan sepak bola masyarakat Indonesia bisa bersatu, saling toleransi, saling menghargai. Yang menang bahagia, yang kalah menerima dengan lapang dada, tanpa kerusuhan.

Selamat buat Persib, akhirnya juara setelah 19 tahun, sukses buat Pak Ridwan Kamil, walikota terkeren, program "Bandung Juara" terlaksana di ISL, dari kami, Aremania yang numpang di tanah Anda menimba ilmu untuk menguasai dunia. Haha.




Sebenarnya beda lagi ceritanya kalo ada konspirasi uang, sepakbola gajah, dan sebagainya. Untungya tidak. Haha!


Sumber gambar : twitter @officialvpc, google.com

0 Komentar:

Katanya orang yang melamun itu pikirannya kosong. Terus bisa dimasuki makhluk lain, lalu bisa kesurupan. Tapi seumur hidup, aku tidak pe...

Peringatan Yang Maha Kuasa


Katanya orang yang melamun itu pikirannya kosong. Terus bisa dimasuki makhluk lain, lalu bisa kesurupan. Tapi seumur hidup, aku tidak pernah melamun dengan pikiran yang kosong itu. Setiap melamun pasti memikirkan sesuatu. Mungkin lebih mengarah pada kata merenung. Melamun adalah hal yang nyaman dilakukan saat sariawan. Aku sariawan sekarang. Kenapa? karena pasti perih kalo makan, apalagi makan gorengan, krupuk, kripik, dan lain-lain.  

Saat kita melakukan kesalahan sering kali kita mendapat teguran, peringatan, bahkan hukuman. Hal ini pasti juga berlaku jika kita melakukan kesalahan kepada Tuhan YME. Aku merasakannya beberapa kali dan beberapa macam. Sekedar berbagi pengalaman, aku sering merasakannya. Jenis yang pertama adalah sakit. Memang sebuah penyakit bisa datang kapan saja saat tubuh kita kurang fit, terlalu capek, kekebalan tubuh menurun, dll. Tapi suatu ketika aku diberi penyakit, aku selalu merenung apa penyebabnya. Salah satunya adalah "teguran" ini. Aku pernah merasakan jarak yang jauh dari Sang Pencipta. Ibadah wajib kurang berkualitas, ibadah sunnah sangat berkurang, jarang ngaji, dan lain-lain. Peringatan ini membuat aku mulai mendekatkan diri lagi dengan-Nya. 

Bentuk lain dari peringatan yang pernah aku alami adalah kehilangan barang berharga. Mungkin ini lebih mengarah ke "hukuman". Situasinya sama, atau lebih buruk, aktivitas rohani yang sangat buruk kualitas dan kuantitasnya.  Saat itu 2 gerbang kosan sudah terkunci dengan baik, pintu kamar sudah terkunci juga. Ketika aku bangun tidur menuju kamar mandi, sepeda di depan kamar tidak ada padahal semalam gembok rantai sudah terikat kuat antara sepeda dengan tiang besi. Ternyata si maling masuk dengan memotong rantai gembok gerbang dan rantai gembok sepedaku. Setelah diinvestigasi lebih lanjut, ternyata bapak pemilik kosan masih belum tidur sampai jam 3 dini hari dan katanya tidak ada sesuatu yang mencurigakan di luar sampai waktu tersebut. Jadi dapat diperkirakan bapak maling mulai beraksi setelah pukul 3 atau sekitar waktu subuh. Seharusnya kalau saat itu aku bangun sekitar subuh mungkin kejadian ini bisa dicegah dengan adanya perlawanan ke bapak maling. Yang disesalkan adalah saat itu aku bangun sekitar setengah 6 di pagi yang sudah mulai bercahaya. Inilah sebuah hukuman, tamparan, cambukan, atau apa lah itu. Di hari yang lain, peringatan agar terus dekat dengan Allah aku terima dengan cara yang membuatku bersyukur dan ingat kepada-Nya.  Seorang perempuan yang lain daripada yang lain di sana mengawali pembicaraan menarik lewat salah satu aplikasi chatting. Aku tak meneruskan berbagi cerita tentang ini. Haha. Intinya, hal ini membuat aku bersyukur dan semakin mendekatkan diri lagi kepada-Nya.

Itulah sekilas cerita aneh ketika hidupku berada di bawah. Saat kita di atas, kita juga harus selalu ingat kepada-Nya. Hidup tidak selalu di bawah, seperti sinyal sinusoidal, hidup kadang di atas kadang juga di bawah. Setidaknya kita punya offset tinggi agar saat kita di posisi paling bawah kita tetap bernilai positif. Haha! Mungkin offset itu adalah modal awal keimanan kita, dapat berupa ilmu. 

 C: Offset


Kesimpulan yang aneh. Inilah lamunan senjaku. Yaa, semoga yang baca bisa menyerap intinya lah. Haha!


Seperti yang biasa kau lakukan Di tengah perbincangan kita Tiba-tiba kau terdiam Sementara ku sibuk menerka  apa yang ada di pikiranmu S...

Mari Bercerita


Seperti yang biasa kau lakukan
Di tengah perbincangan kita
Tiba-tiba kau terdiam
Sementara ku sibuk menerka 

apa yang ada di pikiranmu

Sesungguhnya berbicara dengan mu
tentang segala hal yang bukan tentang kita
Mungkin tentang ikan paus di laut
Atau mungkin tentang bunga padi di sawah

Sungguh bicara denganmu 

tentang segala hal yang bukan tentang kita
Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja

Malam jangan berlalu
Jangan datang dulu terang

Telah lama ku tunggu
Kuingin berdua dengan mu

Biar pagi datang
Setelah aku memanggil 
terang

Aihh.. pencuri kau, terang
by Payung Teduh

LED kan lampu, kok organik? Lampu daur ulang? Gambar: wikipedia Organic Light Emitting Diode adalah lampu LED yang mempunyai lapisan...

OLED - LED yang Organik

LED kan lampu, kok organik? Lampu daur ulang?


Gambar: wikipedia
Organic Light Emitting Diode adalah lampu LED yang mempunyai lapisan organik. OLED dapat mempunyai ukuran yang sangat kecil. Ketebalannya mencapai 100-500 nm, kira-kira lebih kecil 200 kali dari rambut kita. Hal organiknya memberi kelebihan ramah lingkungan. Beberapa jenis OLED bersifat lentur atau transparan sehingga dalam perkembangannya dapat digunakan untuk layar lengkung dan transparan. Sifat kelenturan atau transparan OLED tergantung dari substrat yang dipakai. Sebelum lebih dalam mengenai hal itu, inilah bagian-bagian OLED itu.

Saat ini, OLED sudah digunakan di beberapa smartphone, utamanya yang lengkung, smartwatch, dan lain-lain. 

Gambar: electronics.howstuffworks.com
Bagian-bagian OLED
Dari atas, yang pertama adalah katoda. Elektron mengalir dari kutub ini ke anoda. Dalam perjalanannya, elektron melewati 2 layer yang menjadi bagian organik dari OLED ini, yaitu Emissive layer dan Conductive layer. Kemudian ada bagian substrat untuk pendukung kerja OLED.

Lalu bagaimana cara kerja OLED? Untuk apa saja lapisan lapisan itu?

Cara kerja 
Saat arus listrik dilewatkan, elektron mengalir dari katoda ke anoda melewati 2 lapisan organik tadi. Elektron melewati emsissive layer dahulu lalu ke conductive layer. Saat elektron mulai masuk anoda, ada hole di conductive layer, seperti tempat kosong yang ditinggalkan elektron tadi. Di daerah perbatasan antara emissive dan conductive layer, elektron lain mencari tempat berupa hole tersebut untuk bergerak. Setiap ada perpindahan elektron antaratom ada energi yang dilepaskan berupa foton. Energi foton inilah cahaya yang kita lihat pada OLED atau lampu lain. Warna-warna yang dikeluarkan ditentukan oleh macam-macam tipe dua layer organik. Sedangkan terangnya cahaya yang dikeluarkan ditentukan oleh besarnya arus yang dialirkan.

Kelebihan

  • Jika dibandingkan dengan LED biasa dan LCD, OLED lebih fleksibel tapi tetap kuat karena dapat menggunakan substrat berupa plastik, tidak seperti LED dan LCD yang menggunakan kristal atau kaca. 
  • OLED juga lebih terang daripada LED biasa karena lapisan organiknya lebih tipis daripada lapisan kristal di LED serta OLED dapat menggunakan substrat yang tidak menyerap sebagian cahaya sedangkan LED atau LCD menggunakan kaca yang menyerap cahaya.
  • OLED lebih hemat energi dibandingkan LCD yang harus memakai backlight.
  • OLED lebih mudah diproduksi dalam ukuran besar tapi tetap tipis, daripada memproduksi LCD yang memerlukan cairan kristal.
  • Sudut pandang OLED mencapai 170 derajat, lebih besar dari LCD yang bekerja dengan blocking cahaya.
Kekurangan
  • OLED mempunyai umur yang lebih pendek daripada LED dan LCD.
  • Karena organik, OLED sangat rentan dengan air. Jadi, OLED tidak anti-air
  • Pembuatannya memerlukan biaya yang cukup besar.