*Sluuurp* Seorang pria lanjut usia menjual es krim yang sangat enak, dengan variasi roti es krim dan es krim dalam cup. Beliau ba...

Melihat Para Pencari Nafkah


*Sluuurp*

Seorang pria lanjut usia menjual es krim yang sangat enak, dengan variasi roti es krim dan es krim dalam cup. Beliau baru membuka lapaknya sekitar pukul 10.30. Mendekati waktu sholat Jumat orang-orang mulai antre mengerumuni lapak beliau untuk membeli es krim coklat dan durian yang enak itu, lebih ramai lagi setelah sholat Jumat. Tidak lama setelah itu, beliau sudah mulai beres-beres lapaknya karena dagangannya laris manis habis terjual dalam waktu yang cukup singkat.

Saya tidak suka antre panjang-panjang, jadi saya biasanya beli es krim itu di awal beliau membuka lapaknya. hehe. Suatu ketika sepulang Jumatan, saya melintas di sekitar Pasar Jumat Salman, melihat bapak penjual es krim itu sedang sibuk melayani para pembeli. Keringat mulai bercucuran menetes di wajahnya yang keriput itu. Namun tak nampak lelah dalam raut wajahnya. Hanya senyum yang tergambar jelas mewakili kebahagiaan menerima rezeki di hari yang penuh berkah itu. Semangat semakin membara.

 
 Penasaran kan?

Di hari Minggu, aku jalan-jalan di Pasar Gasibu. Sekedar melihat-lihat baju-baju, yang belanja lebih banyak ibu-ibu. Tak terasa aku membeli jajan sampai dua puluh ribu. Di situ juga aku melihat para bapak berdagang dengan semangatnya. Pagi buta ditaklukkannya demi mempersiapkan lapak dengan rapi. Di jalan antara lapak-lapak itu tiba-tiba ada pria lewat mengendarai sepeda motor, dengan jaket ojek onlinenya. Kebetulan saat itu masih sangat pagi sehingga keadaan belum ramai pengunjung. Salah satu perjuangan juga, mungkin pria itu sedang buru-buru menjemput pelanggan. 

Di pagi hari yang lain, aku dengan santai bersepeda, melihat kemacetan-kemacetan melanda. Memang saat itu adalah jam-jam berangkat kerja. Terlihat sekilas laki-laki berpakaian rapi di balik kemudi kendaraan-kendaraan itu. Melihat kepadatan kota, aku jadi teringat juga kepadatan ibukota. Kepadatan yang sangat tinggi di ibukota tidak lain disebabkan oleh ibukota yang juga pusatnya perekonomian Indonesia. Mencari uang di sana lah tempatnya. Di jalanan, di kereta, di pasar, di sana, di situ, di mana-mana padat, tidak ketinggalan juga di kuburan, padat "penduduk"nya. Oke, abaikan yang terakhir.  Itulah perjuangan, perjuangan di jalan Allah bagi seorang pria untuk keluarga. Pergi yang pulangnya dinanti, lelah yang keringatnya berharga, dan pikiran yang setiap detiknya terbayar. 

Jika melihat orang-orang sedang bekerja keras, sedikit banyak selalu mengingatkanku pada sosok Alm. Bapak. Aku di sini sekarang juga karena perjuangannya. Pak, aku suka playlist lagu jadulmu, aku ingin lagi mendengar guyonan bapak-bapak darimu, aku ingin lagi berdiskusi berat denganmu, aku merasa masih butuh kerasnya bimbinganmu, dan sebenarnya aku masih ingin belajar hidup darimu.



Aku yakin kau cukup bawa bekal
Dan aku bangga jadi anakmu
Ayah aku berjanji
Akan aku kirimkan doa yang pernah engkau ajarkan ke padaku
Setiap sujud sembahyang engkau hadir terbayang
Tolong bimbinglah aku meskipun kau dari sana
Sesungguhnya lah aku menangis sangat lama
Namun aku pendam agar engkau berangkat dengan tenang
Sesungguhnya lah aku merasa belum cukup berbakti
Namun aku yakin engkau telah memaafkanku

(Ayah Aku Mohon Maaf - Ebiet G. Ade)

0 Komentar: