Kala itu saya kelas 2 SMA. Saya sudah cukup tertarik dengan barang-barang elektronik, seperti HP, laptop, proyektor di kelas, permainan kon...

Xperia Projector, Impian yang Sudah Direalisasikan Oleh Orang Lain

Kala itu saya kelas 2 SMA. Saya sudah cukup tertarik dengan barang-barang elektronik, seperti HP, laptop, proyektor di kelas, permainan konsol,  dll walaupun hanya HP yang saya punya dari yang saya sebutkan itu. Itu pun belum "qwerty" atau "berry-berry",  seperti yang sedang booming saat itu. 

Melihat hape touchscreen saat itu sedang mewah-mewahnya dan canggih-canggihnya. Entah angin apa yang membuat saya punya ide aneh. Saya punya gambaran sebuah alat kecil di masa depan yang berfungsi bisa sebagai PC atau HP, yang tidak punya layar. Semua benda datar bisa dijadikan layar alat tersebut. Saat itu saya kepikiran menggunakan proyektor, proyektor sangat kecil tentunya. Lalu pengguna mengoperasikannya selayaknya touchscreen. Di angan-angan saya, meja bisa jadi keyboard dadakan dan tembok bisa jadi monitornya. Bagaimana bisa touchscreen ke berbagai benda datar?  Saya tidak memikirkannya sedetail itu. Saya hanya bermimpi untuk bisa menemukan devais kecil yang mudah dibawa ke mana-mana dengan fitur hebat tanpa layar dengan memanfaatkan benda-benda yang sudah ada. Menurut saya itu akan memudahkan, meringankan, dan mengubah gaya hidup masyarakat. Mungkin cukup alat sebesar bolpen dan meja saja kita sudah bisa mengetik di Ms. Word.

Di tahun 2016 ini, ketika saya masih mengejar impian menjadi insinyur teknik elektro, alat yang di angan-angan saya ternyata...








... sudah ada. 
Berdasarkan mashable.com , Sony Xperia Projector yang dipamerkan di Mobile World Congress 2016 ini mempunyai fitur yang sama dengan alat impian saya. Dengan menyentuh tembk yang dijadikan layarnya, pengguna dapat mengoperasikannya seperti touchscreen. Touchwall jadinya. Penemu Xperia Projector Concept seakan membuat saya mencari impian-impian baru yang harus lebih canggih. Haha. Tapi saya salut dengan beliau-beliau yang terus mengalirkan teknologi-teknologi hebat seperti ini. Kalau harganya 1 jutaan saya mau beli 5, Om.  


Oiya, sebelumnya juga sudah ada Projection Keyboard yang mirip dengan alat di angan-angan saya tapi hanya keyboardnya saja. 

0 Komentar:

Sambutan Bapak Wapres yang mewakili Pak Presiden di pembukaan BCEF 2016 Beralih sedikit dari " Menerangi Jalan Kampung Lio &q...

Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016


Sambutan Bapak Wapres yang mewakili Pak Presiden di pembukaan BCEF 2016

Beralih sedikit dari "Menerangi Jalan Kampung Lio" yang masih bersambung. Saya berkesempatan mewakili Palapa HME ITB untuk menghadiri Youth Forum BCEF 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM RI di Nusa Dua, Bali, tanggal 11-12 Februari 2016.



Bali Clean Energy Forum 2016


Indonesia mempunyai target 23% sumber energi berasal dari energi terbarukan pada tahun 2025. Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM, Pak Sudirman Said, dalam pembukaan Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016 di Nusa Dua, Bali. BCEF diselenggarakan oleh kementerian ESDM RI bekerjasama dengan International Energy Agency (IEA), merupakan konferensi menteri-menteri energi beberapa negara di dunia untuk menghasilkan kesepakatan tentang energi bersih, salah satunya adalah dibangunnya Center of Excellence (CoE) di Bali. BCEF 2016 yang dilaksanakan pada tanggal 11 – 12 Februari ini juga merupakan langkah percepatan penggunaan energi terbarukan di Indonesia untuk mencapai target di tahun 2025, 23%, yang saat ini baru 6,8% saja.

Center of Excellence (CoE) merupakan pusat teknologi, penelitian, dan pengumpulan data energi bersih dari seluruh dunia. Di CoE ini juga akan dilakukan pengembangan teknologi energi bersih untuk diadaptasi dengan kondisi Indonesia agar nantinya dapat diimplementasi di Indonesia. Pengembangan energi bersih memiliki tantangan yaitu harganya yang lebih mahal dibandingkan dengan energi fosil. CoE mendukung program 35000 MW yang digalakkan oleh Presiden Jokowi diiringi dengan pengurangan subsidi energi fosil. Perlu adanya pengembangan teknologi dan kerjasama antarpihak dalam pengembangan ini diiringi dengan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden RI, Pak Jusuf Kalla, dalam pembukaan BCEF 2016. 

Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016 terdiri dari beberapa acara paralel di samping pertemuan tingkat menteri dan lembaga internasional. Acara paralel tersebut antara lain pertemuan tingkat ahli dan pemangku jabatan, pertemuan pebisnis, pertemuan lembaga masyarakat sipil, dan pertemuan komunitas muda. Diwakili oleh Dwiky dan Sahil, Palapa HME ITB sebagai komunitas mahasiswa pengabdian masyarakat di bidang energi ikut menghadiri pertemuan komunitas muda atau Youth Forum. Dalam Youth Forum ini hadir juga komunitas-komunitas pemerhati energi dan lingkungan dari seluruh Indonesia, yaitu Earth Hour, Komet, Together We Save Energy, Udayana Hijau, Kopernik, Enter Nusantara, Tunas Hijau, Sobat Bumi, 1000 Guru, dan lain-lain. 


Youth Forum


Rangkaian acara Youth Forum dibagi menjadi 2 hari, 11 dan 12 Februari 2016. Hari pertama merupakan pembukaan Youth Forum dan sesi pembekalan dari para pembicara yang hebat-hebat.

1. Pertama, ada kak Ve (Verena Puspawardani) dari P2EBT Kementerian ESDM, berbicara tentang latar belakang diadakannya BCEF ini dan adanya Youth Forum ini. Percepatan EBT (Energi Baru Terbarukan), dengan BCEF ini, dilakukan atas dasar undang-undang nomor sekian tahun sekian serta adanya target penggunaan EBT 23% di tahun 2025. Oleh kak Ve, ditampilkan juga data-data jumlah desa yang belum cukup listrik dan belum terlistriki. Untuk percepatan EBT juga diperlukan teknologi tinggi namun tetap melibatkan masyarakat. Salah satu terobosannya adalah akan didirikannya Center of Excellence di Bali. CoE ditempatkan di Bali karena Bali merupakan provinsi yang mempunyai inisiatif energi bersih. Dapat dilihat di jalanan di Bali telah banyak lampu-lampu jalan yang menggunakan tenaga surya. Bali juga merupakan tujuan pariwisata utama sehingga dapat menarik minat negara lain untuk berkontribusi di CoE.

2. Pembicara selanjutnya adalah koordinator Earth Hour Indonesia, Galih Aji, yang menjelaskan tentang kampanye viral dan komunikasi digital. Kampanye di dunia digital lebih mudah dilakukan karena saat ini hampir tidak ada yang tidak bersosial media. Untuk membuat gerakan yang massive seperti gerakan Earth Hour, hal yang perlu dilakukan adalah membuat fun gerakan itu dan membuat gerakan yang mudah dilakukan semua orang.


3. Pembicara ketiga adalah kak Nuning dari komunitas Kayon Tabanan. Komunitas ini merupakan komunitas yang menggalakkan penggunaan energi bersih di lingkungan sehari-harinya di Tabanan. Komunitas Kayon mempunyai filosofi “Tri Hita Karana”, mnekankan hubungan antarsesama manusia, hubungan dengan lingkungan sekitar, dan hubungan dengan Tuhan. Kayon Tabanan telah mengembangkan benda-benda ramah lingkungan, seperti solar panel untuk lampu, mesin pembajak BALI (Bajak Listrik), Biogas “Cowshit is not Bullshit”, sepeda motor listrik, dan lain-lain. Komunitas ini mengembangkan teknologi dengan tetap memperhatikan aspek budaya lokal, mirip yang dilakukan IBEKA.

3. Setelah istirahat siang, acara dilanjutkan dengan pembekalan lagi dari pembicara lain. Pembekalan selanjutnya adalah tentang advokasi yaitu dengan cara membuat petisi. Pengisi materi ini adalah Campaign Director Indonesia dari change.org, Kak Arief Aziz. Proses pelaporan masalah biasanya lama dan tersendat jika dilakukan bertahap dari kelurahan, kecamatan, kota, provinsi, dst. Petisi merupakan “jalan pintas” pelaporan masalah kepada pihak pemerintah. Lebih efektif lagi petisi disebarluaskan ketika ada momen yang tepat. 

4. Setelah itu ada kak Tian (Christian Natalie) dari Jaringan Komunikasi Bandung Bijak Energi (JKBBE), yang menjelaskan tentang perlunya kolaborasi. CEO kitabisa.com, kak Timmy (Alfatih Timur), melanjutkan materi selanjutnya tentang crowdfunding atau menggalang dana dari masyarakat. Dalam menggalang dana tersebut, diperlukan penyusunan kisah yang menyentuh agar menggerakkan masyarakat mau berdonasi. Selain itu, diperlukan juga momen-momen yang tepat, seperti ketika membuat petisi.

5. Pembekalan selanjutnya adalah tentang kisah PETA (Patriot Energi Tanah Air), kak Darmadi, dan sedikit penjelasan tentang PETA dari kak Osa (Ferosa A., UPEM ESDM). PETA merupakan pasukan sarjana yang dikirimkan ke pelosok garis terluar Indonesia untuk membangun energi terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek lokal di sana. Kak Darmadi adalah anggota PETA yang ditempatkan di Pulau Alor, NTT, untuk menjadi external activator “mempengaruhi” masyarakat agar membangun pembangkit listrik tenaga surya. Selama 5 bulan kak Darmadi tinggal di sana, menjadi orang sana, dan memberdayakan masyarakat sana. Tidak hanya dalam hal energi, masyarakat tergerak untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan, pengairan, dan lain-lain. PETA melakukan misinya dalam beberapa tahap, pertama social mapping, lalu design thinking sampai adanya solusi, kolaborasi dengan masyarakat, sampai muncul adanya inovasi dan perubahan yang lebih baik. Tidak main-main jika ingin menjadi anggota PETA. Terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki dalam 1 bulan pelatihan, yaitu perjuangan, teknis, pemberdayaan masyarakat, dan ikhlas. Pasukan PETA dididik secara militer dan sosial, salah satunya oleh lembaga IBEKA.

Para pembicara hebat

Foto Bareng Peserta Youth Forum Hari Pertama
Hari pertama memang acaranya semacam seminar, masih sesi pembekalan. Sesi diskusi dan merencanakan aksi dilaksanakan pada hari kedua. Di hari kedua tersebut kami juga berdialog dengan Pak Menteri, Pak Sudirman Said, untuk mengemukakan hasil diskusi Youth Forum agar nantinya dapat didukung dan di-follow up oleh kementerian ESDM.

....Bersambung


0 Komentar: