Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.  Pemerataan pembangunan merupakan tantangan besar negar...

Membangun Indonesia Melalui Daerah dengan Mengembangkan Masyarakatnya




Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. 

Pemerataan pembangunan merupakan tantangan besar negara Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau dan sepertiganya perairan. Sebanyak 12.659 desa dari total 74.754 desa di Indonesia belum teraliri listrik dan 65% dari yang belum teraliri listrik tersebut berada di 6 provinsi di kawasan timur Indonesia (Dirjen EBTKE Kementrian ESDM, 2016). Di beberapa daerah yang sudah terlistriki pun, masih banyak yang belum 24 jam teraliri listrik. Tidak bisa dipungkiri, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan penduduknya yang tersebar dari tepi laut sampai puncak gunung, membuat perlunya usaha ekstra untuk menjangkau dan membangun demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Kondisi alam Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ekosistem di sisi lain memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah serta dapat menjadi potensi pariwisata yang memanjakan. Potensi ini lah yang akan digali oleh Presiden Joko Widodo, dalam Rapat Kerja Nasional XVI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pada Maret 2017, memaparkan 3 tahapan menuju visi Indonesia Emas 2045. Tahapan pertama adalah pembangunan infrastruktur meliputi ketenagalistrikan, jalan tol, bandara, dan pelabuhan. Tahapan ke-2 adalah pembangunan industri pengolah bahan mentah untuk memberikan nilai tambah bagi sumber daya alam Indonesia dan produk-produk asli Indonesia. Sementara itu tahapan ke-3 adalah pembagunan industri jasa, utamanya dalam sektor pariwisata yang sangat menjanjikan karena potensi alam yang ada. 

Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, diperlukan persiapan sumber daya manusia yang merupakan kunci terpenting dalam pembangunan. Generasi yang sekarang berusia 20-30 tahun, 28 tahun lagi akan menjadi pemegang tongkat pemerintahan serta pembangunan Indonesia. Generasi ini lah yang nantinya menjadi pejabat, pemimpin, pengatur kebijakan, dan para ahli di masa yang akan datang. Jika sumber daya manusia tidak dipersiapkan dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia akan tetap stagnan seperti sekarang bahkan bisa lebih buruk, mungkin akan terulang lagi pemimpin lembaga negara yang menjadi tersangka korupsi, ketimpangan pembangunan, dan sumber daya alam masih dikelola tangan asing. Sebagai penerus bangsa ini, para pemuda, termasuk saya, sudah selayaknya tetap mengedepankan nasionalisme dan mempertahankan pembangunan berbasis daerah-daerah untuk terus menggali potensi di seluruh wilayah Indonesia. Tentunya hal ini dilakukan demi kepentingan Indonesia secara keseluruhan, bukan demi pribadi maupun golongan tertentu saja. Dengan membangun daerah secara merata, sumber daya alam maupun sumber daya manusia lainnya akan terus tergali dan termanfaatkan oleh dan untuk masyarakat Indonesia sendiri. Selain itu, semua daerah akan tumbuh besar, tidak di pusat saja. Menurut saya, untuk pembangunan menuju Indonesia Emas 2045 ini, generasi penerus bangsa yang saat ini dalam usia produktif dapat mendalami keilmuan yang dimilikinya dan memanfaatkannya. Jika para pemuda generasi penerus dari semua cabang keilmuan berkolaborasi untuk membangun Indonesia dengan ilmu dan perannya masing-masing, dan dengan pembangunan yang menyebar di daerah-daerah, Indonesia dapat menjadi negara yang kuat di setiap daerah sehingga menjadi kuat secara keseluruhan lalu memperkuat daya saing di dunia internasional

Sebagai manusia, keunggulan memang tidak bisa didapatkan pada semua bidang keilmuan. Manusia memiliki keunikan dalam minat dan bakat masing-masing. Mendalami suatu keilmuan dan fokus di dalamnya adalah salah satu perwujudan dari generasi unggul yang diperlukan Indonesia. Meningkatkan kemampuan dengan terus belajar harus terus dilakukan agar tetap unggul karena jika stagnan akan dapat menjadi sama dengan orang lain atau bahkan disalip sehingga tidak unggul lagi. Akan tetapi, kecerdasan dalam kehidupan dunia harus diimbangi dengan kecerdasan iman dan taqwa agar tidak terjerumus pada kehausan akan duniawi. Dengan menyeimbangkan kedua hal tersebut, kita akan paham siapa kita sebenarnya dan apa tujuan sebenarnya kita di dunia ini. 


Dalam mewujudkan kombinasi antara kecerdasan iptek dan imtaq, saya melanjutkan mendalami keilmuan disertai dengan implementasi langsung ke masyarakat karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Bentuk dari implementasi langsung yang sudah saya lakukan adalah meningkatkan produktivitas masyarakat dengan membangun fasilitas sumber listrik. Sejak menempuh jenjang S1, saya terlibat aktif dalam pengabdian masyarakat dan terus berlanjut sampai sekarang. Ketika menempuh pendidikan S1 Teknik Elektro ITB, saya aktif di Palapa HME ITB, sempat menjabat sebagai ketua selama 1 periode, dan melaksanakan proyek penerangan jalan tenaga surya di Kampung Lio, Kab. Sukabumi, sebuah kampung yang belum terelektrifikasi oleh PLN. Beberapa bulan setelah lulus, saya bergabung dengan sebuah social enterprise yang baru didirikan oleh 5 teman saya, bernama Sustainable Energy Movement, mengembangkan ekonomi produktif di dearah-daerah terpencil dengan energi baru dan terbarukan. Rintisan kegiatan yang sedang dilakukan adalah bekerjasama dengan dosen dan peneliti ITB mengimplementasikan sebuah pembangkit listrik tenaga surya yang mobile untuk kegiatan administrasi dan koperasi di pondok pesantren Al-Umanaa, Sukabumi. Menurut saya, aktivitas ini unggul dari sebagian besar lulusan-lulusan S1 lain, yang setelah lulus langsung memilih kerja di Jakarta, menambah kepadatan penduduk Jakarta, dan bekerja untuk kepentingan perusahaan dan atau pengembangan dirinya sendiri. Dengan sebuah social enterprise kita dapat memulai pembangunan melalui daerah-daerah dengan memanfaatkan potensi yang ada dan sedikit menghadapi kerumitan birokrasi karena langsung terjun ke lingkungan masyarakat. Seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat daerah memanfaatkan potensinya masing-masing, kekhawatiran dan masalah-masalah kesejahteraan akan dapat ditekan. 

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan sejalan dengan sedang gencarnya pemerintah meningkatkan elektrifikasi di daerah-daerah yang sulit terjangkau. Hal ini juga sejalan dengan menurunnya ketersediaan energi konvensional seperti batubara dan minyak bumi. Potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia cukup besar. Berdasarkan Kementerian ESDM, potensi mikrohidro adalah sebesar 450 MW, biomassa 50 GW, energi angin 3-6 m/det, energi nuklir sebesar 3GW, serta energi surya sebesar 4,8/m2 per hari atau setara dengan 112.000 GWp. Khusus energi surya, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 10 MWp. Potensi ini tersebar sampai di wilayah timur Indonesia. Kekurangan pembangkit listrik tenaga surya adalah tidak seluruhnya nilai Watt-peak (Wp) atau nilai Watt tertinggi dapat dikonversikan menjadi energi listrik karena energi dari sinar matahari yang berubah-ubah sepanjang hari. Rata-rata efisiensi modul surya juga masih rendah, sekitar 15-18 %. Butuh pembangkit listrik tenaga surya skala besar untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. Oleh karena itu, seiring dengan pembangunan skala besar, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya skala kecil akan lebih baik jika diutamakan untuk menunjang kegiatan produktif masyarakat yang dapat meningkatkan perekonomian mereka.

Kegiatan mengembangkan masyarakat sesuai potensi daerahnya masing-masing memang tidak bisa dengan cepat menjadi sukses, namun perlahan tapi pasti menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan apa yang sudah ada dengan ilmu-ilmu baru yang lebih efektif sehingga dapat menambah daya jual. Selain itu, kemandirian masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya juga ditingkatkan, agar tidak bergantung pihak-pihak lain salah satunya seperti bank yang terpengaruh perekonomian global yang sewaktu-waktu dapat bergejolak kemudian berefek buruk bagi masyarakat kecil. Dari masyarakat itulah rasa bangga muncul atas simpati dan empati dari kita sehingga membuahkan hasil adanya peningkatan level kehidupan di lingkungan mereka. Salah satu yang sudah pernah saya rasakan adalah adanya rasa bangga, hormat, dan respek, yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, dari masyarakat Kampung Lio setelah tim Palapa HME ITB membangun penerangan jalan di sana dan mengembangkan masyarakatnya. Setelah 1 tahun lebih, sampai sekarang penerangan jalan tersebut masih berfungsi dengan baik untuk lebih produktif di malam hari dengan perawatan oleh masyarakat sendiri. 

Generasi penerus harus dapat mendalami dan mengimplementasikan ilmunya untuk kemajuan Indonesia secara keseluruhan, salah satunya dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan untuk menunjang kegiatan produktif. Kolaborasi dari semua cabang keilmuan dan keseimbangan iptek dan imtaq diperlukan untuk mempersiapkan Indonesia emas, ketika generasi ini menjadi orang-orang di posisi penting negeri ini. Suatu kebanggaan tersendiri nantinya jika Indonesia Emas 2045 terwujud dari generasi sekarang ini. Sementara itu, pembangunan melalui daerah-daerah yang sudah digalakkan pemerintah layak untuk dilanjutkan ditambah dengan meningkatkan kualitas masyarakatnya. Dengan membangun melalui daerah-daerah dan masyarakatnya, Indonesia menjadi kuat dari memanfaatkan sumber daya alamnya sendiri, tidak bergantung pada pihak lain sehingga menciptakan daya saing di dunia internasional berkat kekuatan keseluruhan Indonesia.

0 Komentar: