(Pandemi Coffee) Entah mengapa gerombolan kucing itu mendatangiku yang baru memarkir sepeda di parkiran motor. Mungkin karena aku membawa kr...

Halaman 366/366

Pandemi Coffee
(Pandemi Coffee)

Entah mengapa gerombolan kucing itu mendatangiku yang baru memarkir sepeda di parkiran motor. Mungkin karena aku membawa kresek berisi sarapan pagi. Ini sarapan pagiku, bukan untukmu wahai kucing-kucing lucu. Maaf mungkin lain kali saja, sekarang ini aku cuma bisa menggodamu. 


Terakhir menulis di buku ini adalah di halaman 3/366, tentang catatan ketika meninggalkan kota tempat belajar kehidupan. Sekarang, kita sudah sampai di suatu hari yang biasanya jadi hari ke-365 di 3 tahun sebelumnya. Tulisan-tulisan yang tidak terpublikasi di tengah-tengah tahun ini biarlah tidak terpublikasi. Takutnya nanti banyak yang tersinggung.


Tahun ini adalah tahun yang menjadi awal perjalanan menjalani mimpi atau cita-citaku. Kombinasi antara cita-cita masa SD menjadi insinyur, cita-cita masa SMP-SMA yaitu menjadi guru, dan cita-cita seorang anak pasrah saat kuliah yang cukup klise dan mainstream, yaitu ingin bermanfaat untuk bangsa dan negara serta agama. Alhamdulillah, aku bisa memulai ini semua. Walaupun sebenarnya ada satu orang yang juga sangat menginginkan ini, yang saat ini sudah tidak bisa melihatku langsung, yaitu bapak. Aku merasa beruntung, di saat beberapa orang yang aku kenal agak sulit menyelaraskan cita-cita pribadi dan orangtua, aku termasuk yang bisa dalam sekali obrolan. Aku yakin bapak sedang tersenyum bahagia di sana. Halo pak 👋.


Membangun generasi negeri ini sebenarnya tidak sulit dan tidak mudah juga. Dihadapkan dengan anak-anak khusus, perlakuannya juga khusus, ada usaha ekstra untuk mencari cara-cara alternatif dalam memahami dan menanamkan pola pikirnya. Untungnya aku diberikan keleluasaan untuk menggunakan lebih banyak pembelajaran melalui praktek daripada teori-teori. Tidak hanya melulu tentang pengetahuan ilmiah dan kemampuan teknis, dalam menyiapkan bangsa ini untuk masa depan kita juga perlu menanamkan sikap dan perilakunya. Selain itu, sisi spiritual mereka juga perlu ditingkatkan. Biar tidak keblinger.


Sampai pada suatu ketika, sebuah pandemi melanda bumi ini. Yaa mungkin karena ada orang pintar secara pengetahuan yang keblinger itu tadi. Jadinya orang-orang “dipaksa” bisa online dalam pekerjaannya. Atribut-atribut tertentu jadi penting dan harus dipakai untuk pelindung diri. Persiapan generasi penerus bangsa sedikit terganggu karena perlu adaptasi dengan cara-cara yang baru. Peran manusia sebagai makhluk sosial juga sedikit terganggu karena sampai sekarang lewat online ini banyak orang yang masih tidak bisa merasakan energi-energi positif yang dipancarkan ketika berkumpul secara langsung. Aku setuju walaupun sebenarnya lebih suka mencari energi positif dengan menyendiri, entah dalam kamar, di atas sepeda, atau di pucuk gunung sana. Bulan puasa menjadi berbeda, baru di tahun ini juga hari raya tidak se-raya sebelumnya.


Kita sama-sama berdoa semoga pandemi ini cepat selesai.

 

 

 

 


1 Komentar: